JAMBIKLIK.ID, BERITA KERINCI - Kekecewaan dan rasa malu kembali menyelimuti Kabupaten Kerinci pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-54 Tingkat Provinsi Jambi tahun 2025. Gelaran bergengsi yang berlangsung di Kabupaten Muaro Jambi itu justru menjadi panggung suram bagi kafilah Kerinci setelah kembali menempati posisi terbuncit, yaitu peringkat ke-11.
Hasil tersebut tertuang dalam Keputusan Dewan Hakim MTQ ke-54 Nomor: 06 Tahun 2025 bertanggal 21 November 2025, ditandatangani Ketua Dewan Hakim Prof. Dr. H. Hadri Hasan, MA serta Sekretaris Aries Sepda, S.Ag., M.Pd. Dalam keputusan itu, Kota Jambi tampil sebagai juara umum dengan perolehan nilai tertinggi, yakni 703 poin. Di posisi kedua menyusul Kabupaten Muaro Jambi dengan nilai 532, sementara Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada di peringkat ketiga dengan 410 poin. Kota Sungai Penuh mengunci peringkat ke-4 dengan nilai 187.
Persaingan ketat antar kabupaten/kota lainnya juga terlihat dalam daftar peringkat berikut: Kabupaten Batang Hari menempati posisi ke-5 (174), Sarolangun ke-6 (142), Tanjung Jabung Timur ke-7 (109), Merangin ke-8 (84), Tebo ke-9 (73), dan Bungo di peringkat ke-10 (61). Di dasar klasemen, dengan nilai hanya 26, Kabupaten Kerinci kembali harus menerima kenyataan sebagai peserta terakhir atau ‘buncit’.
Hasil mengecewakan ini sontak memicu gelombang kritik dari berbagai kalangan. Kafilah Kerinci yang berada di bawah naungan pemerintah kabupaten dan dipimpin langsung oleh Bupati Monadi disebut tidak menunjukkan persiapan yang matang. Tidak sedikit masyarakat menilai bahwa kegagalan ini bukan yang pertama, melainkan “pengulangan kesedihan” dari tahun-tahun sebelumnya.
“Ya, Kafilah Kabupaten Kerinci rangking buncit, pulang tanpa gelar. Dan ini yang sekian kalinya terjadi pada MTQ tingkat provinsi,” ungkap seorang sumber yang enggan disebut namanya.
Bagi sebagian besar warga, MTQ bukan hanya sebuah kompetisi. Ia adalah ajang pemuliaan Al-Qur’an, kegiatan keagamaan yang seharusnya mendapatkan dukungan penuh dari kepala daerah. Karena itu, kegagalan beruntun ini dianggap sebagai refleksi lemahnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembinaan kafilah.
Tak pelak, hasil MTQ ini menyebar cepat di media sosial dan menjadi pembicaraan hangat, baik di Kabupaten Kerinci maupun di kalangan perantauan. Banyak warganet mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam menyiapkan generasi Qur’ani dan mempertahankan marwah Kerinci sebagai daerah yang selama ini dikenal religius.
Sebagian masyarakat menyindir bahwa kafilah Kerinci terkesan “berangkat hanya untuk hadir”, tanpa target prestasi yang jelas. Ada pula yang mempertanyakan program pembinaan, pelatihan, maupun dukungan yang diberikan pemerintah daerah.
Aktivis Kerinci, Ega Roy, turut melayangkan kritik tajam terhadap kinerja Bupati Monadi.
“Bupati Kerinci lebih banyak turun ke masyarakat hanya secara pencitraan saja, seperti kegiatannya ke undangan pernikahan, asiknya menari, bernyanyi. Bupati Kerinci dinilai tidak peduli dengan kegiatan keagamaan,” ujarnya.
Menurut Ega, kondisi ini bukan hanya soal kekalahan dalam sebuah perlombaan, namun lebih pada hilangnya perhatian terhadap pembinaan keagamaan yang harusnya menjadi prioritas bagi seorang kepala daerah.
Monadi, yang baru memimpin Kerinci belum genap setahun, kini berada dalam sorotan tajam. Harapan masyarakat bahwa kepemimpinannya akan membawa perubahan positif justru berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan.
Sebagian masyarakat menilai, jika ingin dikenang sebagai pemimpin yang berbuat, bukan sekadar tampil, Monadi harus lebih fokus pada kinerja nyata, terutama dalam sektor-sektor yang menyentuh langsung sentimen masyarakat seperti pendidikan agama.
“Rakyat butuh bukti, bukan janji manis,” demikian komentar sejumlah warga yang menyayangkan minimnya prestasi di ajang MTQ tahun ini.
Posisi buncit di MTQ ke-54 ini kembali menjadi noda dalam reputasi Kabupaten Kerinci. Banyak tokoh masyarakat berharap momentum ini dapat menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembenahan menyeluruh, baik dalam pembinaan kafilah maupun penguatan sektor keagamaan.
Jika tidak, bukan tidak mungkin prestasi MTQ Kerinci akan terus terpuruk, dan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan daerah semakin terkikis.









Social Plugin